
ROTE NDAO-SUARANKRI.COM-
Mantan Camat Rote Barat, Jermias Kotta, menguraikan secara geografis kawasan pantai di belakang PT Bo’a Development, Desa Bo’a, tidak layak untuk dijadikan lokasi budidaya rumput laut. Hal ini disebabkan oleh kondisi gelombang laut yang tinggi di wilayah tersebut.
Dalam keterangannya, Jermias menjelaskan bahwa tuntutan sebagian masyarakat yang ingin memanfaatkan area di belakang PT Bo’a Development untuk kegiatan nelayan atau budidaya rumput laut perlu dikaji secara objektif dengan memperhatikan kondisi alam setempat.
“Pantai Bo’a, baik di depan maupun di belakang, bukan tempat yang strategis untuk berdiri rumput laut. Karena di situ gelombangnya besar. Kalau rumput laut diikat, begitu gelombang datang, langsung hancur dan hanyut,” ungkap Jermias kepada wartawan, Senin (03/11/2025)
Ia menambahkan, selama tujuh tahun menjabat sebagai camat di wilayah tersebut, dirinya memahami dengan baik karakteristik geografis pantai Bo’a. Menurutnya, lokasi yang ideal untuk aktivitas nelayan justru berada di bagian timur wilayah itu.
“Kalau penangkapan ikan, bukan di situ pelabuhannya. Pelabuhan yang aman itu di bagian timur, turun ke pantai yang ombaknya tenang. Di situ tempat yang baik untuk nelayan,” jelasnya.
Jermias juga menilai bahwa dalam setiap tuntutan masyarakat, perlu diperhatikan terlebih dahulu kepentingan utamanya. Jika akses jalan yang diminta masyarakat berkaitan dengan aktivitas nelayan kecil, maka menurutnya tidak perlu dibuat jalan besar seperti untuk kendaraan bermotor.
“Kalau hanya untuk panah ikan atau angkut hasil tangkapan kecil, cukup dengan jalan setapak. Tapi kalau untuk aktivitas besar seperti angkut hasil rumput laut dengan kendaraan, baru bisa dipertimbangkan jalan lebih lebar,” tambahnya.
Ia menegaskan pentingnya pendekatan berdasarkan data dan fakta di lapangan agar kebijakan atau klaim masyarakat terhadap kawasan pesisir Desa Bo’a tidak menimbulkan salah tafsir antara kepentingan publik dan batas kawasan investasi.


